Kamis, 25 Agustus 2011

Mesir Kuno Telah Mengenal Gel Rambut

Peradaban mesir kuno ternyata telah mengenal gel rambut, salah satu kunci hair styiling dari kehidupan modern saat ini. Hal ini ditemukan setelah arkeolog dari KNH Center for Biomedical Egyptology di University of Manchester Inggris, Natalie McCreesh dan rekannya meneliti mumi dari masa Mesir Kuno.



http://assets.kompas.com/data/photo/2011/08/23/1942468620X310.jpg

Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa gel rambut dipakai agar rambut tetap tertata, baik selama hidup maupun mati. McCreesh mengambil sampel 18 mumi.

Mumi yang tertua berusia 3500 tahun, namun rata-rata diekskavasi dari kompleks pemakaman Dakhleh Oasis di Western Desert dan berasal dari masa Greco Roman, kira-kira 2300 tahun yang lalu.

Umur manusia yang dimumikan bervariasi dari 4-58 tahun. Sebagian manusia tersebut dimumikan secara artifisial sementara yang lain termumikan secara alami dengan pasir yang menguburnya.

Kesimpulan bahwa manusia Mesir Kuno telah memakai gel dibuat karena analisis dengan mikroskop elektron menunjukkan bahwa ada 9 rambut mumi yang dilapisi oleh substansi misterious mirip lemak.

Setelah diteliti dengan kromatografi dan spektrometri massa, diketahui bahwa substansi itu mengandung asam lemak rantai panjang termasuk asam palmitat dan asam stearat. Hasil ini dipublikasikan di Journal of Arachaeological Science.

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa substansi itu ditemukan di mumi yang diawetkan secara natural maupun artifisial.

Substansi juga ditemukan baik pada mumi perempuan maupun laki-laki. Dalam analisis, peneliti tidak menemukan resin dan material pembalsaman di rambut, menunjukkan bahwa rambut dilindungi dan ditata terpisah.

"Mungkin mereka tahu kalau rambut tak akan terdegradasi seperti bagian tubuh lain," kata McCreesh.

Menanggapi kesimpulan penelitian, John Taylor, kepala koleksi mumi di British Museum mengatakan bahwa ide bahwa manusia Mesir Kuno memakai gel rambut itu mungkin saja. "Rambut adalah simbol status," katanya.

Namun, sejauh ini, teks dari masa Mesir Kuno yang telah dianalisis tidak pernah menyebut adanya pemakaian gel rambut, walaupun pemakaian minyak wangi dan lotion di tubuh telah diketahui. Taylor mengungkapkan, "Kuncinya sekarang ada pada wig Mesir Kuno. Rambut kadang-kadang dilapisi dengan bees wax."

Menurut Taylor, wig itu telah ditemukan di makam Mesir Kuno sejak, diperkirakan sangat mahal dan hanya dipakai kalangan terbatas atau yang dihormati. "Sebagian besar mumi yang saya lihat menggunakan rambut asli," tambah Taylor seperti dikutip Nature.

Gel rambut yang dimaksud mungkin bees wax. McCreesh sendiri mengatakan bahwa ia tidak tahu apakah gel rambut yang dimaksud adalah bees wax atau bukan.

Namun, ia mengatakan bahwa jika itu adalah bees wax, akan sangat sulit dibilas dibandingkan dengan lemak hewan. Untuk memastikannya, saat ini Creesh akan berencana menganalisa senyawa lebih lanjut serta mengetahui resep pembuatan gel rambut kuno ini.

Sejauh ini, penelitian menunjukkan bahwa dengan gel rambut yang dimaksud, orang Mesir Kuno bisa membuat beragam gaya, mulai pendek panjang, keriting ataupun lurus dan sebagainya.

Sekali lemak dipakai, rambut dijamin takkan berubah gaya. Keriting akan tetap keriting. "Anda bisa membayangkan bagaimana mereka ketika hidup, menata rambut dan mengeritingnya," kata McCreesh.

Rabu, 06 Juli 2011

Facebook Bisa Picu Gangguan Obsesif Kompulsif

img
(Foto: HoerY)
 
Ciri orang yang mengalami gangguan obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder/OCD) adalah selalu mengulang-ulang atau mengecek berkali-kali untuk meyakini dirinya sendiri bahwa yang dilakukannya sudah benar. OCD adalah gangguan mental yang menimbulkan kecemasan bagi orang yang menderitanya.

Penyebab OCD ini hingga kini belum diketahui pasti, tapi pemicunya bisa karena stres atau mengalami tekanan berat. Nah, ternyata jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter juga bisa memicu terjadinya gangguan obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder/OCD).

Pengguna Facebook dan Twitter bisa terkena OCD karena dua jejaring sosial ini telah membuat penggunanya menjadi kecanduan sehingga harus berkali-kali mengecek, dan berulang-ulang membukanya karena terobsesi ingin tahu apa yang orang lain lakukan.

"Layanan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter bisa membuat perilaku kita menjadi obsesif daripada sebelumnya," ujar Dr Pam Spurr selaku ahli perilaku, seperti dikutip dari The Sun, Kamis (30/6/2011).

Bagi orang yang menggunakan jejaring sosial, maka ia akan memeriksa situsnya berulang-ulang dan jika tidak melakukan akan membuat kecemasannya semakin buruk.

Situs jejaring sosial bisa menciptakan pikiran dan kecemasan yang lebih tinggi pada penggunanya, seperti halnya harus cepat dan secara teratur memperbaharui profilenya, serta memberikan tekanan untuk membuat komentar yang 'benar' sehingga ia akan membacanya berkali-kali untuk menyakinkan dirinya.

Pengguna jejaring sosial akan menjadi terobsesi untuk membaca apa yang orang lain katakan dan membuatnya terisolasi dari bagian tersebut. Kondisi ini akan mengeset pikiran tersebut sehingga menjadi sangat kompulsif.

Kebiasaan ini bisa saja mengambilalih hidupnya. Ketika ia tidak membuka situs tersebut, ia akan menjadi cemas dan bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya karena merasa ada yang hilang.

Untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan menenangkan pikiran melalui pola pikir dan gaya hidupnya. Ia harus lebih tenang dan lebih dalam mengendalikan rasa cemas akibat pikirannya sendiri yang memicu perilaku kompulsif.

Usahakan untuk melindungi diri dan membatasi jumlah waktu yang dihabiskan untuk online, tetap terlibat dalam kegiatan lain, serta cobalah hanya memeriksa situs teman terdekat dan keluarga.

Jika memang memiliki OCD maka Anda tidak sendiri, karena beberapa orang terkenal diketahui memiliki kecenderungan perilaku obsesif kompulsif seperti Wayne Rooney, Alesha Dixon, Katy Perry, Megan Fox, Justin Timberlake, Paul Gascoigne, Jessica Alba, Charlize Theron dan Rafael Nadal.

Kelainan obsesif kompulsif adalah suatu gangguan yang mana seseorang memiliki pikiran dan ketakutan yang tidak masuk akal sehingga membuat orang tersebut melakukan perilaku yang berulang-ulang (tekanan).

Seseorang yang mengalami OCD menyadari bahwa obsesinya tidak masuk akal dan mencoba untuk mengabaikannya, tapi hal ini hanya akan meningkatkan tekanan dan kecemasan dalam dirinya.
 
Related Article:
Template by : kendhin x-template.blogspot.com